Digital Leadership dalam Era Transformasi Digital
Dalam beberapa tahun terakhir, pendekatan kepemimpinan tradisional tidak lagi dirasa efektif untuk mengelola dan memimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Ada kebutuhan untuk melampaui kepemimpinan tradisional dan menggunakan gaya kepemimpinan baru. Kepemimpinan berarti interaksi antara pemimpin dan pengikutnya (bawahan) di mana pemimpin membimbing dan mengawasi pengikutnya untuk melakukan pekerjaan. Kepemimpinan berarti memengaruhi orang-orang untuk berkontribusi mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Dengan perkembangan dan inovasi dalam teknologi informasi dan komunikasi, gaya kepemimpinan baru telah muncul yang disebut digital leadership (e-leadership). Istilah e-leadership diperkenalkan oleh Avolio, Kahai, dan Dodge melalui artikel ilmiah berjudul E-leadership: Implications for Theory, Research, and Practice yang terbit di jurnal ilmiah Leadership Quarterly tahun 2000. Menurut artikel yang menjadi rujukan utama peneliti kepemimpinan di era digital itu, digital leadership (e-leadership) terjadi dalam konteks e-environment di mana pekerjaan dilakukan melalui teknologi informasi terutama melalui internet.
Kualitas yang Dibutuhkan Digital Leadership
Studi mendalam mengenai e-leadership menunjukkan adanya tiga perbedaan prinsip dengan kepemimpinan tradisional yang berdampak pada kebutuhan keterampilan atau kemampuan yang khusus.
1. Jenis komunikasi.
Dalam kepemimpinan tradisional komunikasi tatap muka terjadi antara pemimpin dan para pengikutnya tetapi dalam kasus komunikasi, komunikasi digital leadership terjadi melalui media elektronik seperti internet. Media komunikasi tersebut bisa yang relatif ‘tradisional’ seperti email, bisa juga dengan memanfaatkan aplikasi Whatsapp (WA), bahkan direct message dalam aplikasi instagram.
Oleh sebab itu, pemimpin virtual harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik. digital leadership membutuhkan penggunaan media elektronik untuk berkomunikasi dengan para pengikut / bawahan. Email sebagian besar digunakan oleh para pemimpin sehingga mereka harus memiliki keterampilan komunikasi tertulis untuk menyelesaikan pekerjaan dari pengikut mereka sesuai dengan arahan mereka.
2. Aspek Kualitas
Perbedaan berikutnya adalah aspek kualitas. Kualitas keduanya sama tetapi para anggota dalam digital leadership harus memiliki pengetahuan tentang teknologi informasi dan komunikasi yang baru dan modern, sesuatu yang tidak diperlukan dalam kasus kepemimpinan tradisional. Digital Leadership harus memiliki kemampuan teknologi dengan baik untuk mengarahkan orang-orang melalui media elektronik. Kemudian pemimpin harus memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang lain tentang manfaat dari teknologi baru, karena ia harus dapat meyakinkan orang lain bahwa komunikasi melalui media elektronik memberikan berbagai manfaat seperti membantu menghilangkan hambatan waktu dan jarak. Selain itu, harus cukup inovatif untuk menggunakan teknologi baru dalam kepemimpinannya menuai manfaat dari teknologi modern.
3. Kebutuhan Tempat Interaksi
Perbedaan selanjutnya adalah kebutuhan akan tempat. Dalam kepemimpinan tradisional, kantor atau tempat tertentu diperlukan untuk melakukan pekerjaan oleh pemimpin dan bawahannyaa. Tetapi dalam digital leadership, kantor di lokasi tertentu tidak diperlukan, mereka dapat berkomunikasi satu sama lain bahkan dari jarak satu tempat ke tempat lain, dari satu negara ke negara lain.
Source : ralf-johow
Digital leadership juga harus memiliki pengetahuan
bagaimana berpikir dan bekerja melintasi batas waktu, batas ruang, dan
rintangan budaya di mana pengawasan dan interaksi langsung tidak dimungkinkan.
Dengan teknologi informasi dan komunikasi, pemimpin dapat berkomunikasi tidak
hanya dengan ratusan tetapi ribuan orang sekaligus hanya dengan menyentuh tombol.
0 Response to "Digital Leadership dalam Era Transformasi Digital"
Post a Comment