Transformasi Bisnis 'New Normal'

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, pandemi Covid-19 hadir di era disruptif dan society 5.0 di saat orang-orang berjibaku untuk menciptakan inovasi dan teknologi untuk mempermudah akses kehidupan bermasyarakat, dirasa dunia memang telah disiapkan untuk menghadapi situasi genting global seperti saat ini. Disruptif benar-benar terjadi dengan masif dan masal, tak khayal banyak dunia usaha drop out dan kalang kabut, terseok-seok dan tak mampu bertahan. Ratusan negara bahkan berkomitmen dan berkolaborasi satu sama lain untuk memerangi bersama, sinergi diperkuat.



Sektor yang benar-benar terimbas dari adanya pandemi ini adalah dunia usaha yang di dalamnya terdapat banyak jenis : industri, jasa, retail, sampai UMKM. Kita tak pernah tau kapan pandemi ini berakhir, yang jelas semua sektor harus siap berdampingan dengan pandemi hingga penawarnya ditemukan, termasuk dunia usaha. Ada satu ulasan bagus yang disusun oleh 4 penulis Indonesia berjudul "The 50 Survival Innovation Ideas" yang mengulas berbagai ide usaha yang bisa saja dijalankan oleh pebisnis agar usaha nya berjalan optimal paling tidak bertahan di era ini.

Percaya nggak percaya, literasi mengenai sanitasi dan higiene terdongkrak, untuk itu beberapa pelaku usaha comsumer goods berlomba untuk melakukan inovasi citra merek dagangnya, sebut saja produk pembersih yang sekarang memiliki label anti bacterial, padahal yang namanya pembersih pasti punya zat aktif sebagai anti bakteri, ya ini semata-mata meyakinkan konsumen untuk membeli produknya di saat wabah ketakutan akan virus merajai perasaan masyarakat sekarang ini, hal ini juga sebagai contoh inovasi marketing yang dilakukan.



Belum lama ini juga, berbagai kedai minuman melakukan inovasi produknya dengan merilis produk minuman literan, inovasi yang ditawarkan untuk menjawab kebutuhan konsumen yang mendapatkan kebijakan bekerja dari rumah maupun belajar dari rumah, ternyata inovasi ini membawa hasil yang mengejutkan, laris manis di pasaran. Bahhkan kedai kopi kenamaan Starbucks juga tak ketinggalan mengikuti permintaan pasar tersebut dan terbukti laris manis.

Bagaimana dengan industri jasa? seperti industri jasa mice (meeting, incentive, convention, and exhibition) yang biasanya berjibaku dengan pameran, konser, dan pertemuan harus mengubah konsep bisnisnya karena harus mengacu  protokol kesehatan yang kini jadi perhatian penting terutama soal jaga jarak. Industri mice yang justru terkenal dengan mendatangkan kumpulan masa, harus berputar otak untuk mengubah ide bisnisnya, sebut saja wedding organizer yang kini menawarkan paket pernikahan untuk 30-50 orang saja, event organizer atau promotor musik menawarkan konsep lain dengan drive in concert ataupun virtual concert, begitu pun dengan race management yang sekarang memborbadir linimasa sosmed dengan kegiatan virtual race.


Menurut penulis dari semua sektor usaha,  pariwisata paling terkena imbas Covid-19. Padahal setahun sebelumnya Pemerintah Indonesia begitu optimis menjadikan sektor pariwisata menjadi Core Economy, optimistis nyatanya harus dibayar dengan bencana saat ini. Bagaimana pemulihan sektor wisata setelah pandemi ini? Kabarnya, pemerintah menggaungkan kampanye wisata staycation, kabar ini disambut baik industri perhotelan yang kini berbenah untuk mendukung program pemerintah. Wisata di hotel secara protokol kesehatan lebih aman, karena terhindar dari kerumunan masa, disamping itu sanitasi dan higienitas fasilitas hotel juga cenderung ketat. Minusnya, para perlaku ekonomi rumahan yang bergantung pada lokasi rekreasi wisata harus menelan kekecewaan dengan adanya situasi ini. Ini yang perlu menjadi perhatian kita bersama dan mendorong pemerintah memfasilitasi mereka tuk' berkembang. Ini tantangan disruptif dan kegiatan ekonomi pasca pandemi Covid-19.




0 Response to "Transformasi Bisnis 'New Normal'"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel