Perjalanan Menyenangkan Menuju Berlin Marathon
September 21, 2018
Add Comment
Sebagian teman kaget, ketika gue
pertama kalinya posting ada di Jerman, “mau ngapain ki?” gue jawab “lari”,
haha. Ini buah hasil keisengan gue daftar coba-coba untuk dapat kesempatan ikut
Berlin Marathon di tahun 2018. Berlin Marathon, salah satu World Major Marathon sangat bergensi dan utama setelah 5 seri di 5 kota dunia lainnya :
Tokyo, Chicago, New york, London, dan Boston. Alhamdulillah, Tokyo udah
berhasil gue jajal di tahun 2017 (Baca cerita di Tokyo Marathon disini).
![]() |
di sesi berlin vital (dok.pribadi) |
Untuk bisa berangkat ke Berlin, Jerman bukan perkara mudah. Banyak dramanya, haha. Di mulai bingung duit
darimana, di ijinin istri apa nggak, dan lain-lain. Tapi, memang di awali
dengan niat dan ikhtiar terus, semua di bukakan jalannnya dan sampai dengan saat
ini gue nggak akan pernah menyangka selama hidup gue, gue bisa ngunjungin Eropa
cuman gegara lari, Alhamdulillah ya :)
Mungkin buat yang kenal gue dari
jaman sekolah bakal kaget. Gue bukan tipe personal yang suka banget olahraga. Bisa di bilang paling gue hindari, haha. Tapi, semenjak lulus kuliah dan mulai
kerja gue baru sadar pentingnya kesehatan, gue nggak mau banyak penyakit di
usia muda dan memutuskan mulai olahraga dari hal yang paling sederhana, lari.
Memulainya pun banyak drama, ini itu lah, tapi perlahan ternyata bisa dan mulai
menikmati manfaat olahraga. Sehat nomor satu, kalau dapat badan yang
proposional itu bonusnya.
Anyway, gue sebenarnya nggak
terlalu berharap dapat tembus di Berlin Marathon. Iseng-iseng buka whatsapp
grup lari di september 2017 lalu, ada teman yang nebar racun Pendaftaran BERLIN MARATHON di buka, gue
pun menanggapi biasa tapi ikut penasaran deh buka web nya terus tanpa berharap
sama sekali gue isi juga tuh registrasinya, wkwk. Sebulan kemudian, dapat
notifikasi di email “CONGRATULATION, SEE
YOU SOON IN BERLIN MARATHON 2018” seketika gue terdiam, senang, tapi
bingung, haha.
Sempat galau berangkat apa nggak,
akhirnya di mudahkan. Setelah pasti dapat aliran dana (cailah bahasanya,
wkwkwk) gue langsung issued tiket, walaupun sebelumnya gue ijin dulu ke honey
sweety bala-bala neng may gemay (aka istri gue) gue hanya mampu membiayai
keberangkatan gue sendiri, sedih sih tapi kesempatan nggak akan datang dua
kali, secara Eropa terlalu romantis untuk berangkat sendiri. Haha. Special
thanks buat istri tercinta yang udah ijinin dengan penuh cinta untuk gue
berangkat. Padahal di tanggal berangkat gue, sehari sebelumnya pas ultah dia.
Sangat pengertian, love banget deh. Eh..maap jadi curhat :p
Tentunya persiapan gue juga
semakin di sibukan, mulai dari urus visa sampai latihan untuk menyelesaikan
tantangan 42 KM di Berlin. Untuk urus visa di kedutaan Jerman, nggak susah kok.
Asal semua dokumen lengkap, di permudah. Kalau baca review soal pelayanan visa
di Kedutaan Jerman jangan terhasut ya, pelayanannya ramah dan baik kok dan
proses terbit visa nya juga cepat setelah 3 hari melewati proses interview dan
di nyatakan di terima, bisa langsung di ambil visanya deh.
Perjalanan Menuju Berlin
Gue termasuk orang yang cukup
perhitungan soal cari mencari tiket murah, haha. Terpilihlah maskapai Oman Air.
Selain harga tiket pulang pergi yang terjangkau untuk ukuran penerbangan Eropa
(di bawah 8 juta), fasilitasnya udah lengkap banget dan dapat makan pula sampai kenyang plus bagasi
internasional maksimum 30 kg. Fasilitas kabin nya juga lengkap banget dan
nyaman, bisa jadi rekomendasi kamu jika ingin berpergian dan pelesiran ke
Eropa. Rute penerbangan yang gue pilih adalah Jakarta – Frankfurt (Jerman)
dengan transit di Muscat, Oman. Lama Perjalanan durasi total 15 jam penerbangan
( 8 jam jakarta – Muscat, 7 jam Muscat – Frankfurt) serta 6 jam transit di
Muscat. Belum selesai sampai situ, karena gue harus melanjutkan perjalanan dari
Kota Frankfurt ke Kota Berlin dengan bis. Kenapa bis? Karena cost nya paling
murah di antara pilihan moda transportasi lainnya di tanggal itu. Mau tau
berapa lama perjalanan bis Frankfurt ke Berlin? 8 jam bookk, tepos nggak tuh
pantat gue. Wkwkkw.
Setelah melewati berbagai lika
liku jalanan, tibalah gue di Berlin. Perjalanan Frankfurt ke Berlin untungnya
ada temennya jadi nggak cengo sendirian kan, haha.
![]() |
saat tiba di Berlin (dok.pribadi) |
Menikmati Suasana Berlin
Karena sampai Berlin di malam
hari, Undangan KBRI di Berlin pun gue enyahkan, cape euy. Tibalah di apartemen yang gue sewa dengan host yang ramah. Malam pertama di Berlin sangat
mempesona, walaupun malam hari tapi aktivitas warga tetap ramai dengan
banyaknya kafe-kafe pinggir jalan yang di penuhi pengunjung. Karena gue yang
udah terlalu lapar, dipilihlah kafe yang menjajakan pasta, pertama kalinya
cobain lasagna yang benar-benar enak, creamy, melted, dan super gurih.
Oh iya, nggak usah khawatir soal
makanan halal di Jerman. Mungkin karena banyak muslim yang berseliweran
berkunjung ke Jerman dan juga pertumbuhan masyarakat lokal yang memilih menjadi
muslim, perkembangan Islam juga sangat terlihat. Di mana-mana resto halal
tersaji di berbagai sudut kota, harga makanan pun bervariatif di mulai 4 – 12
euro.
![]() |
lasagna terenak yang pernah gue makan, wkwk (dok.pribadi) |
Yang cukup menggelitik adalah
soal air mineral. Ya, masyarakat Eropa tipe yang gemar minuman soda.
Hampir di semua jenis minuman, ada sodanya, sekalipun itu air putih, wkwk. Gue
tertipu dengan air putih beberapa kali sampai akhirnya gue paham dengan label air
putih, pilih label dengan label “still / natural” bisa di pastikan itu air
putih tanpa soda. Haha.
Anyway, di kota Berlin transportasi
publik juga juga sangat baik dan terintegrasi, pilihan moda kereta jadi
primadona disana. Di Jerman, orang dan masyarakat memang di latih untuk berbuat
jujur. Kenapa? Karena setiap stasiun kereta, tidak ada petugas pemeriksa
karcis. Hanya ada scan tiket tanpa palang pintu masuk, jadi orang yang tanpa
beli tiket pun sebenarnya bisa masuk, nah disini letak kejujuran kita di uji,
hehe. Tarif untuk sekali naik kereta berkisar 2,6 euro
Di Berlin, gue pun berkesempatan
menjajal Kota ini. Sabtu pagi gue nge-jajal lari pagi di seputaran pusat Kota
Berlin, di mulai Berlin Zoo dan Tiergarten yang jadi salah satu landmark
andalan Kota Berlin. Sampai siangnya, jadwal untuk ambil racepack di sesi
Berlin Vital di Tempelhof, salah satu bangunan bandara di Berlin yang di sulap
jadi tempat Sport & Health Expo dalam rangka gelaran Berlin Marathon 2018. Nggak
lupa, untuk mampir juga ke Brandenburg Gate dan ke pusat souvenir untuk
oleh-oleh orang di rumah.
Perjuangan Lari di Berlin Marathon
Hari H yang di tunggu beberapa bulan
ini akhirnya tiba. 16 September 2018, untuk beberapa pelari dunia jadi tanggal
keramat. Penantian akan terbayar di hari itu demi memperoleh gelar “Finisher Berlin Marathon 2018” suatu amat bangga bisa menjajal dan finish di salah satu
seri World Major Marathon untuk yang kedua kalinya. Kebetulan gue sebagai pelari hore dapat di wave H,
gelombang start lari paling akhir sebagai kelompok lari paling siput, hehe.
Sebagai informasi, kelompok start terbagi beberapa gelombang yang tentu paling
awal adalah kelompok elite (atlet kelas internasional), bahkan elite terkenal seperti Kipchoge dan beberapa elite runner lainnya berebut
posisi paling depan demi mencapai tujuan menjadi posisi pertama dan berhasil
memecahkan rekor dunia marathon terbaru. Kalau kamu mengikuti berita nya
tentang Berlin Marathon 2018 kemarin, pasti kamu tahu kan kalau rekor dunia
baru berhasil terpecahkan oleh Kipchoge yang finish pertama dengan raihan waktu
2 jam 01 menit, kebayang itu cepet nya bukan main, kakinya panjang bener ye
kaya cheetah. Haha
By the way, race event sekelas ini
memang sangat rapi, di mulai race village nya sampai water station yang
melimpah ruah. Bahkan sepanjang jalan kenangan rute lari juga melimpah ruah suara dukungan masyarakat lokal dan teriakan orang-orang terhadap event ini untuk mendukung
siapapun yang lewat di hadapannya. Bagi mereka, siapapun yang berlari di Berlin
Marathon ini sangat keren.
Sebelum melepas pelari, organizer
juga mengajak kita untuk bersorak tepuk tangan, joget, dan merangkul pelari
lainnya sebagai salam persahabatan. Start pun di mulai, cuaca Berlin saat itu
sangat mendukung para pelari, cerah, berawan, dan berangin. Hanya bagi orang
tropis macem gue, yang ngerasa kaya masuk angin, karena anginnya dingin cuy.
Haha. 5 KM awal berhasil di lalui tanpa ada perasaan aneh, masuk KM 9
sinyal-sinyal aneh mulai muncul, yap gue kebelet pipis sama poop dong. Berharap
cemas dan lari mulai pelan, berharap segera menemukan toilet. Di KM 12 secercah
harapan mulai bersinar, ya ada toilet, VOILA!
Sekitar 15 menit gue bersemedi di
toilet yang super jorok, kenapa? Ga ada tisu cuy, ga ada air pula, untungnya
gue ada air dari water station yang gue bawa untuk ke toilet karena udah punya
feeling bakal ga ada air. Bagian ini ga usah di ceritain detail ya, udah
kebayang joroknya toilet darurat macem gitu, haha
![]() |
saat menjelang finish (dok. pribadi) |
Oke lanjut lari santai yang
sedikit udah lega dan cerah lagi muka gue karena udah ga nahan pipis dan poop,
wkwk. Sampai di KM 19 kaki mulai agak cenut, di situ mulai berubah skema lari
gue, jadi jalan dan lari, kalau di paksakan bisa cedera soalnya kan. Beberapa grup
lari gue, juga udah rame yang ternyata monitor keberadaan gue lewat tracking via web Berlin Marathon. Kekonyolan mulai nampak, saat temen-temen gue manasin gue dengan
memadu padankan antara gue dan Dian Sastro, yang nampak gue ketinggalan 3 KM di
belakang Disas, haha. Tapi prinsip gue memang ingin menikmati race ini tanpa
cedera, jadi santai aja. Aturan cut off
time juga longgar tidak begitu ketat
seperti Tokyo Marathon yang sangat was was di gorok bis di tiap 5 KM. Haha.
Tepat 6 jam 40 menit gue aqkhirnya
finish yang di sambut rekan kantor gue yang juga ikutan Berlin Marathon yang finish lebih dulu. Alhamdulillah, gue finish dengan ganteng dan tetap
kece dan dengan finishnya gue, dengan ini udah 2 world series marathon yang udah di lewati.
Gue pun penuh berharap bisa
menjajal seri world major marathon lainnya di tahun-tahun mendatang.
0 Response to "Perjalanan Menyenangkan Menuju Berlin Marathon"
Post a Comment